IQNA

Reaksi Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Perang Yaman terhadap Pengumuman Kebijakan Baru AS

9:34 - February 06, 2021
Berita ID: 3475028
TEHERAN (IQNA) - Pengumuman kebijakan pemerintah baru AS tentang penghentian dukungan untuk koalisi militer pimpinan Saudi dalam perang Yaman telah memicu reaksi dari pihak-pihak yang terlibat, termasuk Arab Saudi, UEA, dan gerakan Ansarullah Yaman.

Russia Today melaporkan, dalam pidatonya di Departemen Luar Negeri pada Kamis malam, Presiden AS Joe Biden menekankan perlunya penghentian dukungan AS untuk operasi militer koalisi Saudi dalam perang Yaman.

Dengan mengakui bencana kemanusiaan yang telah meletus dalam beberapa tahun terakhir atas dukungan negaranya untuk koalisi Saudi dalam perang Yaman, presiden baru AS telah mengklaim bahwa pemerintahannya meluncurkan upaya-upaya diplomatik untuk mengakhiri perang Yaman.

Sementara itu, Wakil Menteri Pertahanan Saudi Khalid bin Salman dalam tweetnya, setelah pernyataan Biden, mengklaim bahwa Arab Saudi mendukung upaya diplomatik untuk mencapai solusi politik yang komprehensif di Yaman.

Pemerintah Saudi dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor berita resminya WAS, mengklaim: “Kami menyambut baik apa yang dikatakan dalam pidato Biden tentang komitmen AS untuk bekerja dengan Arab Saudi untuk mempertahankan kedaulatannya dan melawan ancaman-ancaman yang datang.”

Riyadh lebih lanjut menegaskan kembali sikap tegasnya dalam mendukung solusi komprehensif untuk krisis Yaman secara politik, dan menegaskan kembali sikap-sikap AS tentang pentingnya mendukung upaya diplomatik untuk mengakhiri krisis Yaman, termasuk upaya utusan PBB di Yaman, Martin Griffiths.

Pernyataan itu lebih lanjut mengklaim bahwa Arab Saudi telah mengambil langkah-langkah penting dalam hal ini untuk memperkuat peluang-peluang kemajuan proses politik, termasuk pengumuman gencatan senjata sepihak sebagai tanggapan atas permintaan Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres.

Reaksi UEA

UEA juga dalam menanggapi pidato Biden mengatakan bahwa mereka telah menarik diri dari koalisi pimpinan Saudi pada Oktober 2020 dan tidak akan mengambil bagian dalam operasi militer melawan Yaman.

“UEA mengakhiri intervensi militernya di Yaman pada Oktober tahun lalu,” tulis Menteri Luar Negeri UEA, Anwar Gargash dalam sebuah tweet.

Gargash mengklaim bahwa UEA telah mendukung upaya PBB dan berbagai inisiatif perdamaian karena keinginannya untuk mengakhiri perang di Yaman!

Dia mengklaim bahwa UEA telah menjadi salah satu penyedia bantuan kemanusiaan terbesar bagi rakyat Yaman sejak awal.

Reaksi Ansarullah Yaman

Sementara itu, Mohammed Ali al-Houthi, anggota Dewan Politik Tertinggi Yaman, men-tweet pada Kamis malam: "Setiap tindakan yang tidak mengakhiri pengepungan Yaman tidak akan diperhatikan." Dia menambahkan: "Kami bukan orang yang tertipu oleh ucapan-ucapan dengan cara apapun."

Mohammed Abdul Salam, juru bicara gerakan Ansarullah Yaman, mengatakan: “Adalah suatu hal yang mungkin terjadi untuk membangun perdamaian di Yaman dengan menghentikan perang dan mencabut pengepungan negara oleh koalisi agresor Saudi.”

Dia menekankan bahwa opsi perang dan pengepungan telah menunjukkan bahwa musuh telah gagal dalam menghadapi perlawanan rakyat Yaman.

“Apa yang selalu kami tekankan adalah bahwa perdamaian sejati dibangun sebelum penghentian agresi dan pencabutan pengepungan Yaman,”kata Abdul Salam.

Juru bicara gerakan Ansarullah mengungkapkan: “Rudal Yaman adalah untuk pertahanan rakyat Yaman, dan penghentian serangan rudal tergantung pada penghentian agresi dan mencabut pengepungan sepenuhnya oleh para agresor.” (hry)

 

3952163

captcha