IQNA

Seni Tilawah/ 11

Pesona Tilawah Ustad Shahat untuk Berbagai Selera

7:44 - November 30, 2022
Berita ID: 3477668
TEHERAN (IQNA) - Almarhum ustad Shahat Muhammad Anwar (1950-2008) mengubah arah tilawah Alquran di dunia dengan tilawahnya yang memukau. Dia baru berusia 57 tahun saat wafat dan tidak bisa mentilawah dalam 10 tahun terakhir hidupnya karena sakit. Ustad Shahat Muhammad Anwar adalah qari terakhir dari generasi keemasan qari Mesir, yang dijuluki "Amir al-Nagham" (penguasa irama).

Kesuksesan ustad Shahat disamping laringnya yang kuat dan penguasaannya atas nada, tergantung pada kepribadiannya yang bermartabat, sederhana dan bermoral. Shahat, Ghalwash, Mutawalli Abdul Aal, dll adalah para qari yang laringnya digunakan bukan untuk mendapatkan maqom dalam musabaqoh atau keuntungan materi, tetapi untuk menyebarkan pesan Allah swt di masyarakat. Meninjau dan membaca kembali kehidupan para sesepuh ini dapat membuat kita lebih memperhatikan warisan spiritual membaca Alquran dan mencegah kesesatan dari segi teknis.

Pentingnya tilawah ustad Shahat Anwar dapat ditelaah dari dua segi suara dan nada. Selain suara dan nada, ruh yang mendominasi tilawah, spiritual dan bobot tilawah ustad Shahat juga bisa diteliti. Spiritualitas inilah dianggap sebagai kekuatan tilawahnya.

Mari kita mulai dengan suara Ustad Shahat; Suara penyanyi dan qari religi di Afrika Utara dan Asia Barat bam,  sangat tebal dan kuat, sedangkan di Asia Timur suaranya sering kali tipis dan tenor. Oleh karena itu, selera orang berbeda-beda, tetapi beberapa suara dapat memuaskan semua selera dunia. Suara ustad Shahat seperti itu dan semua orang, dari Asia Timur hingga Barat bahkan seluruh dunia menyukainya. Fitur-fitur seperti ketinggian suara dua oktaf, ritme, dll menjadikan suara ustad Shahat istimewa.

Keteraturan khusus dalam kehidupan Shahat

Tilawah Ustad Shahat bisa ditiru dan sudah mampu menciptakan flow. Tilawah ustad Shahat sangat berat dalam hal relaksasi dan menghindari kesibukan nada dan benar-benar berat.

Setiap karya seni merupakan curahan jiwa senimannya. Menurut pendapat saya, jika kita merenungkan tilawah Ustad Shahat, kita akan melihat ketenangan, kedamaian, dan spiritualitas khusus yang berakar pada kepribadiannya yang bermartabat.

Jika kita melihat sejarah, telah disebutkan bahwa Ustad Shahat memiliki jumlah tilawah Subuh terbanyak di Mesir dari tahun 1979 hingga 1984. Qari baina al-Thulu’ain harus memiliki persiapan vokal dan keteraturan khusus dan harus menjadi orang yang spiritual dalam hidupnya. Misalnya makan malam lebih awal, tidur tepat waktu, dll, hal-hal tersebut sangat penting bagi seorang qari profesional.

Sejumlah tilawah luar biasa ustad, seperti tilawah surah Al-Qalam, Al-Haqah dan Al-Ma'arij, tilawah surah An-Nisa, tilawah surah Al-Fatir dan surah Ghafir, telah dilakukan pada waktu Subuh (waktu matahari terbit). Tilawah fajar surah Ghafir tahun 1979 adalah tilawah pertama dari Ustad Shahat Anwar, yang disiarkan secara resmi dan langsung di Radio Mesir, dan dengan tilawah ini semua orang mengenal Shahat. Jika kita merujuk pada tilawah itu, ia juga memiliki titik nada yang menarik; Saat itu, dia terpengaruh oleh tilawah Syekh Saeed al-Zanati. Ustad Shahat kemudian mentilawah lebih mandiri.

Namun di bagian nada, kita mendengar beberapa ciri khas Ustad Shahat yang hampir membedakannya dengan para qari mazhab Timur Mesir, seperti Mahmoud Ismail Sharif, Saeed Al-Zanati, Mohammad Ahmed Shabib dan Mahmoud Hamdi Al-Zamel. Fitur itu adalah bahwa Shahat menyesuaikan nada kata sedemikian rupa sehingga Anda mendengar lantunan yang lancar. Ia mahir dalam musik vokal dan musik instrumental. (HRY)

captcha