IQNA

Ulama Kenamaan Dunia Islam/ 8

Upaya Peneliti Mesir untuk Menjelaskan Kedudukan Perempuan dalam Alquran

7:32 - December 02, 2022
Berita ID: 3477678
TEHERAN (IQNA) - Dr Fawzia al-Ashmawi mengabdikan kehidupan ilmiahnya untuk mencoba menjelaskan kedudukan perempuan dalam menjelaskan Alquran dan demikian juga mencari inovasi dalam menjelaskan keagamaan dengan menekankan perlunya menghormati teks Alquran dengan implikasi yang pasti.

Dr. Fawzia al-Ashmawi (Profesor Sastra Arab dan Peradaban Islam di Universitas Jenewa dan mantan anggota Dewan Tertinggi Urusan Islam di Kementerian Wakaf Mesir dan juga konsultan UNESCO yang meninggal bulan lalu di Jenewa, dapat dianggap sebagai salah satu tokoh yang hidupnya mengkaji dakwah Alquran, modernitas dakwah, pentingnya nalar dalam penafsiran dakwah dan tafsir Alquran, serta kedudukan perempuan yang menonjol dalam Islam dan masyarakat Islam saat ini, khususnya di Mesir, perlunya mengesahkan undang-undang untuk melindungi perempuan dan juga menekankan penentangan Islam dengan memaksakan pembatasan yang tidak semestinya pada perempuan.

Fawzia Abd Al-Minem al-Ashmawi  lahir di Alexandria (Mesir) pada awal empat puluhan abad ke-20. Pada tahun 1965, ia menerima gelar sarjana bahasa Prancis dari Universitas Alexandria, dan kemudian melanjutkan studinya di Jenewa, di mana ia ingin menyelesaikan gelar doktornya dalam sastra Prancis. Namun, menurutnya, pembimbingnya, yang juga seorang Yahudi, memintanya untuk meneliti isu-isu kontemporer dunia Arab daripada Prancis, dan dia menerima dan menulis disertasi doktoralnya dengan topik "Evolusi status wanita Mesir dengan studi kasus dalam karya Naguib Mahfuz.

Pada tahun 1965, ia menerima gelar sarjana dalam bahasa Prancis dari Universitas Alexandria dan kemudian melanjutkan studinya di Jenewa untuk meneliti masalah-masalah kontemporer dunia Arab, dan ia juga menerima dan menulis disertasi doktoralnya dengan topik "Evolution of Status perempuan Mesir dengan studi kasus dalam karya Najib Mahfouz". Dia bekerja sebagai asisten profesor di Universitas Jenewa dan pensiun dari posisi yang sama. Profesor studi Islam terkemuka ini meninggal bulan lalu pada usia 80 tahun di Jenewa.

Karya terpentingnya dapat dianggap sebagai buku "The status of women in the Quran". Ia menekankan bahwa selama tinggal di Makkah, Nabi Muhammad saw menghadapi tentangan meluas dari kaum musyrik dan pertentangan ini telah mencapai titik konflik dan perang, oleh karena itu, dakwah Alquran di Makkah dapat dianggap sebagai pengenalan tauhid kepada masyarakat. Audiens Alquran pada periode ini adalah ajakan untuk menerima Islam, tetapi perempuan tidak banyak berperan dalam masyarakat pada periode ini. Dalam surah-surah Makkiyah, perempuan berada dalam bayang-bayang lelaki, sehingga mereka disebutkan hanya dengan memperkenalkan beberapa perempuan sebagai istri para nabi atau istri Fir’aun dan al-Aziz Mesir.

Namun setelah hijrahnya Nabi (saw) ke Madinah, kita menghadapi masyarakat yang berbeda; sebuah masyarakat yang memiliki keragaman budaya dan di sini ayat-ayat Alquran menempatkan perempuan di samping laki-laki. Dalam ayat-ayat Madaniyah, orang mukmin disebutkan di samping mukminah, dan orang Muslim disebut di samping muslimah. Secara umum dapat dikatakan bahwa dalam surah-surah Madaniyah, Alquran menempatkan perempuan sejajar dengan laki-laki, sedemikian rupa sehingga surat dan ayat tertentu, seperti surah Al-Mumtahnah dan surah Al-Mujadalah didedikasikan untuk perempuan. (HRY)

captcha