IQNA

Wawancara IQNA dengan Prof. Bono:

Sosialis Perancis Berselancar dengan Sebuah Fenomena Bernama Islamofobia

7:31 - March 11, 2015
Berita ID: 2961924
PERANCIS (IQNA) - Jika seseorang menggambar karikatur seorang Yahudi, maka dia akan terkena masalah kecuali dirinya adalah seorang Yahudi, jika demikian maka dia akan terbebaskan.

Urgensitas Kebangkitan Muslim di Hadapan Satu Musuh
Cendekiawan Syiah ini menegaskan, kita harus bangkit, karena musuh kita adalah satu dan harus bersatu melawan musuh ini. Tahun sebelumnya kita melihat spirit persatuan dan perdamaian nasional di Perancis menguat melebihi masa-masa sebelumnya. Dengan adanya semua tekanan pemerintah, Dieudonne sukses, dia memobilisasi jutaan orang yang berada di belakangnya, dengan aksi semacam ini, mereka berhasil menciptakan kerenggangan dan menyingkirkan Dieudonne.
Terciptanya kerenggangan merupakan tujuan operasional dan koordinasi setelahnya. Penyelenggaraan demo-demo besar agar semuanya mengatakan kami adalah Charlie Hebdo dan pengumuman satu detik hening di semua sekolah-sekolah pada masa itu, yang mana mereka mengetahui anak-anak kecil Arab dan Afrika umur 9 dan 10 tahun dan bahkan anak-anak kecil yang bukan teroris dan kedua orang tua mereka bukan pula teroris dan sama sekali tidak pernah pergi ke masjid mengatakan, tidak, kami tidak akan tinggal diam untuk orang-orang yang terbunuh, kami tidak akan diam untuk anak-anak Gaza yang terbunuh beberapa bulan lalu, bahkan kami tidak diizinkan berdemo untuk anak-anak Gaza; dengan demikian kami juga tidak akan diam untuk korban-korban Charlie Hebdo dan kami juga tidak akan pergi berdemo. Dengan demikian ada dua kelompok yang benar-benar saling kontras satu sama lain.

 

Tradisi Majalah Charlie Hebdo Kembali kepada Tradisi Anti Kerohanian Perancis
Demikian juga, Yahya Bono dalam menjawab pertanyaan Charlie Hebdo telah menjustifikasi aksi-asi pelecehannya terhadap mazhab dengan kebebasan pers. Atau kebebasan pers di Perancis tidak mengenal batasan? mengatakan, perlu diketahui bahwa kita benar-benar berada dalam kerangka Perancis, dengan arti bahwa adanya majalah semacam ini dan publikasi karikatur semacam ini di Amerika, Jerman, Inggris tidaklah mungkin, karena para jurnalis menulis bahwa majalah semacam ini tidaklah lumrah.
Sejarah Perancis menyaksikan perang agama terbesar, peperangan yang belum pernah terlihat di Jerman, Amerika dan Inggris. Tiga puluh tahun peperangan mazhab yang mengerikan, semua para cendekiawan pada masa itu mengatakan dan menuliskan bahwa tregedi mengerikan ini belum pernah ada dalam semua sejarah sebelumnya.
Gereja Katolik di Perancis memiliki kekuatan khusus. Karena Perancis dianggap sebagai anak sulung gereja, Revolusi Perancis terjadi menentang kepemimpinan gereja Katolik; revolusi-revolusi kedua dan ketiga adalah anti mazhab dan anti kerohanian. Tradisi majalah Charlie Hebdo kembali kepada tradisi anti kerohaniaan dan satu-satunya di Eropa dan bahkan Italia.
Prosedur semacam ini ada di Italia pada masa-masa pemerintahan partai komunis. Di Perancis tidak hanya sekedar partai komunis yang semuanya liberal, komunis dan anarkis mengikuti prosedur ini. Menurut ideologi mereka, kebebasan pers tidak memiliki batasan dan ini adalah sebuah slogan. Realita adalah sesuatu yang lain. Karena ada undang-undang yang melarang mempertanyakan hasil-hasil pengadilan Nuremberg tentang kejahatan-kejahatan perang Nazi. Dilarang mempertanyakan hasil-hasil ini. Pengadilan inilah yang telah menghukumi satu kelompok  – kelompok negara-negara memenangkan peperangan – orang-orang yang kalah. Pengadilan ini tidak bisa menjadi pengadilan yang tidak berpihak.

 

Pengganti Isu Mazhab Holocaust di Perancis
Dia menambahkan, dengan demikian mempertanyakan hasil keputusan pengadilan ini dilarang dan terdapat undang-udang dalam hal ini yang menganggap hal ini sebagai sebuah kriminal. Jika seseorang menggambar karikatur seorang Yahudi, maka dia akan terkena masalah kecuali dirinya adalah seorang Yahudi, jika demikian maka dia akan terbebaskan. Dengan demikian terdapat batasan-batasan. Masyarakat Perancis sekarang ini menafikan kesucian mazhab dan menggantikan isu aliran baru dan itu adalah aliran Holocaust. Meskipun terkait dengan Holocaust, namun menemukan aspek kesucian dan tidak semestinya mengatakan sesuatu tentangnya atau menulisnya, semua topik-topik tidaklah suci. Ini adalah kultus baru atau isu kultus. Mayoritas masyarakat yang tidak mengerti mengatakan, iya, kami sepakat dengan kebebasan pers, mereka tidak menyadari pendekatan dualisme ini.
Sebaliknya, orang-orang ini harus berbicara dengan bijak. Harus berkata kami memiliki dua kelompok nilai-nilai moral. Ketika berbicara tentang kebebasan pers semua mengatakan, kami sepakat dan jika kita tanya kepada mereka apakah kalian setuju untuk saling menghormati sesama kalian dan tidak memprovokasi mereka, mereka akan menjawab, Iya! dan jika dua hal ini kita kesampingkan, maka tidak akan ada kontradeksi, jika saya secara bebas mengatakan apa yang saya kehendaki, saya akan mengatakan sesuatu atau menulis yang akan menyakiti selainnya, bahkan hal ini dapat berupa sebuah umpatan.
Dengan demikian, gambaran globalnya adalah ketika ada masalah semacam ini, maka harus beramal seolah-olah salah satu dari nilai-nilai tersebut benar-benar tidak dikesampingkan dan atau tidak mengorbankan yang lainnya; bahkan batasan-batasan logika dapat diterima, yaitu dari pihak mayoritas masyarakat dapat diterima.
Bersambung…
2817860

tanda nama: Politik
captcha