IQNA

Malaysian Digest:

Pengawasan Kedua Orang Tua dan Pemerintah untuk Menghalau Bergabungnya Remaja Putri ke ISIS

8:05 - March 18, 2015
Berita ID: 3006338
MALAYSIA (IQNA) - Melawan bergabungnya para remaja putri ke Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) merupakan kewajiban utama kedua orang tua; mereka harus mengawasi aktivitas anak-anak mereka dan pemerintah Malaysia juga dengan mengawasi konten internet harus melarang akses informasi-informasi terkait ISIS.

Menurut laporan IQNA, kantor berita Malaysian Digest dalam sebuah laporan, dengan mengisyaratkan terperdayanya para remaja putri oleh ISIS dengan perang Jihad Nikah menulis, para remaja putri guna menjamin kedudukan khayal di surga mentransaksikan kehidupannya dengan kehidupan yang tercipta di neraka, dengan perantara anasir teroris ISIS di Irak dan Suriah.
Laporan ini, dengan mengulas bergabungnya para remaja putri Barat dan Malaysia kepada para teroris ISIS, membahas tata cara masuk dan upaya para remaja putri untuk bergabung dengan anasir teroris ISIS.
Menurut laporan ini, anasir teroris ISIS dengan pelbagai metode melakukan penipuan kepada para remaja putri sehingga dapat mendidik generasi baru para teroris, dengan memanfaatkan tingkatan ini.
Hazil Zakaria, Psikolog dan Anggota Himpunan Psikolog Malaysia meyakini bahwa jihad merupakan bagian dari ajaran Islam di sekolah-sekolah Malaysia dan ISIS dengan memanfaatkan terminologi jihad dan ajaran ekstrem telah menambah ranah kehadiran para remaja dalam kelompok ini.

 

Sekolah Memarakkan Ekstremisme dengan Nama Agama
Dia dengan menekankan bahwa kebanyakan sekolah-sekolah di Malaysia memarakkan ekstremisme dengan nama agama menegaskan, sekolah-sekolah semacam ini juga tidak mesti dianggap sebagai pelaku utama kesalahan. Sebelum ini para pengajarnya mereka adalah lulusan universitas yang tidak belajar di sekolah-sekolah agama, lalu kemudian mereka bergabung dengan kelompok-kelompok teroris.
Pakar Malaysia ini meminta pengawasan pada sekolah-sekolah negara ini dan berkata, “Ekstremisme tidak terkait dengan mazhab; bahkan tauladan-tauladan ideologi di situ sangat berperan.”
Fathul Bari, seorang guru agama Malaysia juga meyakini bahwa pembahasan-pembahasan pendidikan tentang jihad harus selaras dengan masa sekarang ini, sehingga lebih mudah dipahami oleh para generasi muda.
“Harus diajarkan kepada para pemuda, bahwa setiap gerakan teroris merupakan bentuk serangan pada keyakinan dan ideologi, dan sebisa mungkin harus menjauhinya,” ucapnya.
Fathul Bari menegaskan, ini termasuk dari kebudayaan kita, yaitu menyetarakan setiap permasalahan dengan tanpa mengetahui validitasnya di jejaring sosial dan mengafirmasikannya; sementara semestinya sebelum meyakini segala sesuatu, terlebih dahulu kita harus yakin akan kevaliditasnya.

 

Para Wanita; Sarana untuk Kelangsungan Generasi ISIS
Selanjutnya, Malaysian Digest menulis, masalah pemanfaatan para remaja putri oleh kelompok teroris ISIS guna menjamin nafsu birahi pasukan ISIS bukanlah pembahasan baru. Para wanita ini merupakan sarana untuk reproduksi generasi baru para teroris dan setelah terbunuhnya para suami mereka, juga berubah menjadi budak seksual.
Media ini menambahkan, fenomena ini juga, mempengaruhi para remaja putri Malaysia; sampai-sampai kurang lebih dua pekan lalu seorang remaja putri 14 tahun ditahan oleh polisi karena hendak bergabung dengan ISIS.
Situs ini menulis, ada keyakinan bahwa remaja putri 14 tahun ini berkomunikasi dengan para ekstremis Malaysia yang hadir di Irak dan Suriah dan berhasrat hendak menikah dengan seorang pemuda 22 tahun lulusan universitas al-Azhar, Mesir. Sebelum berangkat ke Kairo dia mengancam kedua orang tuanya, jika menghalangi keberangkatannya  maka akan melakukan bunuh diri.
Selanjutnya, laporan ini mengisyaratkan jumlah lain para pemudi yang terperdaya oleh ISIS dan memaparkan pertanyaan ini, yaitu apakah para remaja ini mengetahui kondisi-kondisi mengerikan yang sudah disediakan oleh ISIS, yang sudah menunggu mereka?
Malaysian Digest menegaskan, banyak sekali para remaja ini berasal dari keluarga-keluarga menengah dan berpendidikan dan mereka terperdaya lewat jejaring sosial, seperti Facebook dan Twitter.
Seorang dokter perempuan Malaysia yang pada tahun sebelumnya guna menikah dengan Abu Bara bergabung dengan ISIS, dengan sebuah penjelasan dalam halaman pribadinya di internet menggambarkan kondisinya dalam kelompok teroris ISIS dan menuturkan suatu hal, yang menunjukkan kehidupan yang baik dan memiliki sejenis khidmat pekerjaan.
Dia dalam artikelnya, yang berupaya mensuport para remaja putri Malaysia menuju ISIS, menulis, kami tidak menyewa di sini, rumah-rumah gratis, ada gajian bulanan untuk para wanita, suami dan anak-anak, setiap pasangan yang baru menikah diberi 700 dolar Amerika, pernikahan di kalangan ras sangatlah marak dan para remaja putri dapat menentukan maharnya.

 

ISIS Menggunakan WhatshApp untuk Memperdayai Para Remaja Putri
ISIS disamping menggunakan jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter, juga menggunakan software hp, seperti WhatsApp untuk memperdayai para remaja putri.
Malaysian Digest dengan bersandar pada sebagian laporan menulis, tidak membenarkan klaim-klaim sebagian remaja putri dan dokter Malaysia, terdapat kondisi-kondisi yang mengekang orang-orang ini, sampai-sampai bahkan dalam umur 9 tahun juga dapat menikah, tidak memiliki hak untuk keluar rumah, orang yang bekerja di luar dianggap bejat dan dalam beberapa hal juga di eksekusi. Harus senantiasa ada laki-laki yang menjaga mereka, memiliki tenda-tenda tiga lapis dan jika melanggar, juga akan dihukum dengan berat.
Di penghujung, laporan ini dengan bersandar pada wawancara yang dilakukan, mengangap melawan bergabungnya para remaja putri ke ISIS merupakan kewajiban pertama kedua orang tua dan menegaskan, mereka harus mengawasi aktivitas anak-anak mereka dan demikian juga meminta pemerintah Malaysia selain mengawasi konten internet, juga melarang informasi-informasi terkait ISIS, yang sekarang ini sangat gampang sekali di akses serta memublikasikan dan menyebarkan informasi-informasi riil tentang Islam.

2991662

tanda nama: isis
captcha